PK Bapas Pontianak, Wahyu Saefudin, Mendapatkan Tugas Belajar ke Malaysia

3

Pontianak - Pendidikan adalah suatu proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Kaitannya dengan tugas aparatur sipil negara (ASN), pendidikan merupakan proses dalam peningkatan kompetensi dengan tujuan mengembangkan talenta ASN. Hal ini yang mendorong Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Bapas Pontianak, Wahyu Saefudin untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang Strata 2 pada 28 Februari 2021.

“Pendidikan dapat menerabas sekat-sekat ketidakmungkinan, kaitannya degan tugas saya adalah memberikan sumbangsih pemikiran baru yang harapannya dapat dijadikan kebijakan dalam penanganan warga binaan pemasyarakatan,” ujar Wahyu.

Wahyu menyelesaikan pendidikan S-1 dalam bidang ilmu psikologi dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan latar belakang keilmuan ini, Ia juga aktif menulis di berbagai media, jurnal, dan telah menerbitkan buku-buku dalam bidang pemasyarakatan. Terakhir, Wahyu juga dilibatkan dalam penyusunan Naskah Akademik untuk revisi Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 22/2016 tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan di Jakarta pada bulan Desember 2020.

“Saya percaya pendidikan dapat membuat kebermanfaatan saya lebih baik, terarah, dan luas. Oleh karena itu, saya juga memutuskan untuk mengambil S-2 pada program Counseling and Islamic Psychotherapy di Universitas Sultan Zainal Abidin. Harapannya agar saya bisa membuat sebuah produk yang bisa digunakan dalam upaya pembinaan maupun pembimbingan bagi warga binaan pemasyarakatan, misalkan buku, jurnal, dan lainnya” jelasnya.

Pada 2020, Wahyu juga menerbitkan 2 buku, yang diterbitkan secara Nasional. Satu buku berjudul Kapita Selekta Pemasyarakatan, yang Ia gagas dan tulis bersama sejumlah Pembimbing Kemasyarakatan lainnya. Buku ini dipersembahkan dalam peringatan Hari Bakti Pemasyarakatan. Buku kedua berjudul Psikologi Pemasyarakatan. Buku psikologi pemasyarakatan, bahkan merupakan buku pertama dalam bidang psikologi yang spesifik membahas pemasyarakatan.

Pengembangan diri yang dilakukan oleh Wahyu turut didukung dan mendapatkan apresiasi dari internal maupun eksternal instansi. Dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Wahyu mendapatkan penghargaan dari Direktur Jenderal atas partisipasinya hingga masuk dalam Top 10 The Future Leader dari Menteri Pan-RB.

Berbagai dukungan dan kemudahan dalam pengurusan administrasi merupakan wujud dari komitmen Kementerian Hukum dan HAM untuk meningkatkan kompetensi pegawainya. Kebijakan ini disambut baik dengan pelaksanaan yang tidak tebang pilih oleh seluruh jajaran di Kementerian.

“Saya bersyukur bahwa apa yang saya lakukan mendapatkan dukungan penuh dari Pimpinan di UPT, Kanwil maupun Tingkat Pusat. Berbagai hal ini memotivasi saya untuk terus bisa berkontribusi di pemasyarakatan. Dalam hal pengurusan administratif saya juga banyak dibantu oleh kepegawaian di UPT, Kanwil, hingga Pusat sehingga dalam pengurusan prosesnya menjadi mudah dan lancar” tambah Wahyu.

Kepala Balai Pemasyarakatan Kelas II Pontianak, Iwan Darmawan, mengaku senang bahwa kiprah Wahyu dapat memberikan energi positif bagi institusi pemasyarakatan. Iwan juga mendukung penuh upaya Wahyu dalam pengembangan dirinya melalui beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat itu.

Alhamdulillah ada salah satu pegawai PK dari Bapas Pontianak bisa mengikuti tugas belajar ke Malaysia. Tentu bisa dijadikan motivasi oleh petugas PK yang lain untuk bisa maju lagi. Setelah selesai nanti, harapan saya, Wahyu bisa lebih berkembang dengan mengaplikasikan ilmunya di pusat. Sehingga dapat lebih mewarnai pemasyarakatan lagi,” jelas Iwan.

Saat ini, Wahyu yang mempunyai kegemaran belajar ini juga mengikuti kegiatan di berbagai platform, seperti ASN Academy, mengikuti workshop Good Government yang di laksanakan oleh YSEALI Malaysia, workshop media dari Filipina, dan lainnya. Bagi Wahyu belajar adalah kunci dari semua yang sudah Ia dapatkan hingga saat ini.

“Dua hal yang tidak boleh dilupakan oleh setiap individu adalah belajar dan berbagi. Belajar menjadikan saya merasa tidak tahu apa-apa, karena dengan belajar saya terus sadar bahwa ada banyak hal yang saya tidak tahu. Sedangkan berbagi merupakan sarana untuk meningkatkan empati dan kepedulian. Dengan begitu sebagai manusia saya akan merasa utuh. Baik kaitannya dengan tugas saya sebagai ASN maupun tugas saya sebagai makhluk yang harus terus beribadah,” tutupnya.

Kontributor: Humas Bapas Pontianak


Cetak   E-mail